Jika saya diberi pilihan ingin menjadi pahlawan kemerdekaan
yang mana, saya akan sangat bingung. Kita tahu sendiri bahwa begitu banyak jasa
para pahlawan yang sangat berarti bagi kita., bagi bangsa kita. Tetapi, karena
saya harus memilih salh satu, maka saya akan memilih Hamka.
Mengapa Hamka? Mungkin, sebagian orang jarang sekali
menyorot bahkan lupa bahwa Hamka merupakan seorang pahlawan kemerdekaan kita.
Saya ingin menjadi Hamka karena banyak pemikiran-pemikirannya yang berbeda dari
orang lain. Ia juga berani dalam menyampaikan pemikirannya, tidak ragu-ragu.
Karena memang banyak orang yang mimiliki pemikiran berbeda, tetapi tidak banyak
yang berani mengungkapkannya.
Hamka dimata saya merupakan orang yang jarang
sekali ada, pemikirannya yang berbeda, berani mengungkapkannya, tetapi ia juga
bukan orang yang serius. Ia suka bersenda gurau, ia pribadi yang iseng. Hal
yang cukup wajar karena memang saat kecil ia harus menyaksikan perceraian kedua
orangtuanya.
Tetapi, dengan apa yang pernah ia alami, ia bisa melaluinya
bahkan kea rah yang jauh lebih baik.
Bahkan ia sampai diberi gelar tertigii di
Al-Azhar Kairo. Bahkan orang yang sebelumnya mendapatkan gelar tersebut adalah
ayahnya. Ia bahkan pergi Haji dengan uang miliknya sendiri, ia tidak
menyusahkan Ayahnya. Apalagi setelah kepulangannya ke tanah air, dan mulai
mendalami sastra dan jurnalistik. Karya
nya yang sangat luar biasa, walaupun ia sampai di sebut sebagai “Kiai Cabul”
tetapi karyanya tidak berhenti. Bahkan sampai sekarang, karya-karyanya masih
banyak di apresiasi oleh masyarakat. Bahkan dipuji-puji.
Jasanya saat menjadi ketua MUI juga sangatlah luar biasa. Ia
bahkan rela turun karena pendapatnya tidak diterima oleh yang lain. Ia tahu
pendapatpnya benar dan memang harusnya seperti itu. Tetapi karena ia tidak
ingin saat jadi ketua tetapi malah ada yang salah dar keputusan MUI, maka ia
memutuskan untuk turun. Bahkan saat orang-orang mewajibkan wanita yang pergi ke
masjid untuk memakai kerudung atau bisa dikatakan menutup aurat secara
sempurna, Hamka berani mengeluarkan pendapatnya bahwa siapapun yang beraga
islam dan mau beribadah di masjid diperbolehkan, walaupun sang wanita belum
memakai jilbab. Menurutnya, hal itu tidak boleh dilarang karena masjid
merupakan tempat ibadah. Siapapun muslim yang ingin beribadah disana, tidak
patut dihalang-halangi. Karena menurutnya, setiap orang pasti berusaha untuk
berubah kea rah yang lebih baik, termasuk wanita muslim yang belum memakai
jilbab.
Jika saya menjadi Hamka pada masa lampau, apa yang
akan saya lakukan? Tentu saja saya akan melakukan hal-hal lain yang tidak
dilakukan oleh beliau pada masanya. Yang
pertama, mungkin sejak perceraian kedua orang tua saya, dan pada akhirnya saya
mengiikutiayah saya, saya akan berusaha menjalin hubungan yang baik dengan ayah
saya. Kaena seperti yang kita ketahui, Hamka saat masa mudanya sempat berpikir
bahwa Ayahnya tidak menyayanginya. Ia bahkan tidak berkirim surat atau sekedar
mengabari Ayahnya bahwa ia naik haji, padahal pada kenyataannya, Ayahnya sangat
menyanginya dan bahkan memperhatikannya.
Lalu hal selanjutnya yang akan saya lakukan adalah, jika saya menjadi Hamka, saya tidak akan menetap di Makkah selama 7 bulan. Saat Hamka melaksanakan ibadah haji, ia merasa nyaman disana dan tidak ingin kembali ke tanah air, sehingga ia menetap disana selama tujuh bulan. Jika saya menjadi Hamka, selesainya menunaikan ibadah haji, saya akan segera pulang ke tanah air. Agar bisa mengabdi dan memberi kemajuan pada negeri ini. Lebih cepat lebih baik bukan?
Comments
Post a Comment